Bahasa Hati dan Bahasa Wajah

Ternyata ada orang yang benar-benar berbeda sikap. Sesuai tempatnya. Saya kira selama ini hanya ada di sinetron, atau dari cerita teman. Di tempat ini, sikap dia A. Di depan orang lain, sikap dia berganti B. Begitu pun selanjutnya.

Dia pernah curhat panjang lebar kepada saya tentang pengelolaan sebuah instansi yang menurutnya tidak pas. Bahkan tak sedikit muncul kritik, hingga kata-kata sinistik. Tapi di dalam forum yang sama, ketika saya juga ada disitu dan ada pengelola institusi tersebut, apa yang dia katakan berbeda. Mulutnya manis sekali.

Ketika saya menyampaikan apa yang ia sampaikan kepada orang yang bersangkutan, justru ia sendiri yang membantahnya. Kalau begini, jelas ada dua persepsi yang muncul : saya atau dia yang bohong. "Dia" sengaja tidak sebut namanya secara terang disini, karena saya masih menghargainya.

Saya kira, kalau memang tidak suka, atau kurang sependapat, lebih baik diutarakan saja. Pengutaraan itu memang akan menimbulkan sedikit friksi, tapi biasanya akan lekas clear. Kalau misal, pada akhirnya kita di rotasi/resuffle/dicopot, berarti kita berada dilingkungan yang salah. I'ts so simple things.

Sebuah kejujuran itu memang pahit dan menyakitkan. Tapi kadang hanya sebentar saja. Yakinlah.

7 Maret 2016
A Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Post a Comment

Tinggalkan jejak kamu lewat komentar di bawah ini. Terima kasih sudah membaca. Salam hangat

Previous Post Next Post

Contact Form