Menikmati Tomat dan Cabai yang Ditanam Sendiri


Tulisan ini mungkin terkesan lebai bagi sebagian orang, terutama para petani yang sudah ahli bercocok tanam. Namun bagi orang-orang seperti saya, tentu ini menjadi sebuah kesan tersendiri, terutama sejak tertarik bercocok tanam ala kadarnya di lahan samping rumah.

Ada lahan kosong sebelah timur rumah. Lebarnya sekitar satu setangah meter dan panjangnya sekitar 10 meter. Lahan itu mulanya berbatu, dan kadang ditumbui rumput liar, terutama tumpangan air yang sering juga disebut sirih cina. Entah karena apa, tiba-tiba terbersit ide untuk menanami sesuatu.

Awalnya saya tanami terong, namun tak kunjung tumbuh. Lalu coba ditanami jeruk, tentu tidak tumbuh juga, sebab jeruk membutuhkan perawatan yang lebih dibandingkan tanaman lain. Terong sebenarnya sangat mudah tumbuhnya, namun entah kenapa begitu sulit di lahan tersebut.

Dua tanaman lain yang mudah tumbuh adalah tomat dan cabai. Namun dengan tanah yang begitu, apakah bisa tumbuh baik? Akhirnya dilakukan semacam penyuburan dengan bantuan pupuk kadang dan organik yang bisa didapatkan di kios-kios bunga. Alhamdulilah bisa tumbuh, bahkan tomatnya bisa tumbuh lebih cepat dan berbuah banyak.

Justru cabai agak lama. Meskipun itu juga tergantung teknik menanam. Orang amatir seperti saya memang kurang wawasan soal ini. Mulai menanam bulan september 2017, tumbuhan cabai lebat—namun masih hijau—sekitar awal januari 2018. Ada yang tumbuh tinggi dan rimbun, ada yang kecil. Yang kecil biasanya lebih cepat “berbuah”. Ada yang dari benih langsung, ada yang beli sudah setinggi 20 cm.

Karea prosesnya tidak menggunakan pupuk kimia dan apalagi pestisida, rasa tomatnya memang lebih segar. Mungkin juga karena langsung dipetik dari tanaman dan langsung di makan. Cabainya ya pedas, sama seperti pada umumnya. Namun menjadi berbeda karena yang kita makan merupakan hasil menanam sendiri. Ada rasa senang dan puas.

Terima kasih sudah membaca curhatan sederhana ini. []

Blitar, 29 Januari 2018
Ahmad Fahrizal Aziz
www.fahryzal.com

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Post a Comment

Tinggalkan jejak kamu lewat komentar di bawah ini. Terima kasih sudah membaca. Salam hangat

Previous Post Next Post

Contact Form